Pemimpin sejati adalah mereka yang memerdekakan pikiran, emosi, dan spritual yang dipimpin dengan cara-cara yang memerdekakan untuk mencapai visi bersama

Rabu, 02 Desember 2009

PEMIMPIN SEJATI

Oleh: Mohammad Karim

Fakta sejarah kemanusiaan kita menunjukkan bahwa perubahan selalu ada yang meng"inisiatori"nya. Inisiator itulah yang kemudian kita sebut sebagai pemimpin. pemimpin adalah pencipta haluan untuk menggerakkan manusia lainnya demi kesejateraan bersama.

Pemimpin sejati adalah pemimpin yang menggerakkan yang dipimpin dengan memerdekakan pikiran, emosi, dan susana batin mereka. Pemimpin bukanlah orang yang menuntut mereka bergerak dengan cara merekayasa, dan menguasasi mereka, itulah pemimpin sejati, adalah pemimpin yang mampu mengarahkan invidu-individu untuk merdeka sesuai dengan yang terberi oleh penciptanya berupa potensi, talenta dan kemauan, semua perilaku itu dilakukan demi terwujudnya perbaikan dan kesejahteraan bersama.

Selain ciri diatas, pemimpin sejati adalah pemimpin yang meletakkan kepentingan umum dan bersama diatas kepentingan pribadinya sendiri. Ia berani, mau dan mampu mengorbankan segala yang dimilikinya demi terwujudnya visi dan misi organisasi bersama. Ia tidak terikat oleh jeratan materi, nama besar, penghormatan dan lainya. Dari sini, sedikit sekali kita jumpai pada komunitas kita apa yang disebut "Pemimpin Sejati".

Selanjutnya, pemimpin sejati dicirikan dengan sikap totalitas dalam menjalankan amanah kepemimpinannya, baginya memperjungkan kebaikan bersama melalui praktek kepemimpinan bukanlah pilihan pekerjaan semata, tetapi pilihan hidup.

Berikutnya, pemimpin sejati adalah pemimpin yang tidak hanya mengandalkan hasil analisis-analisis "rasional" semata sebagai landasan untuk bergerak, ia sangat mempercayai "imajinasi" yang menembus batas ruang dan waktu. Pada sisi ini pemimpin sejati sangat percaya dengan kekuatan di luar dirinya (Tuhan), karena pemimpin sejati sangat memahami betul bahwa perangkat kemanusiaannya sangat terbatas sehingga hasilnnya pun terbatas, untuk menyempurnakan keterbatasan itu agar menjadi tidak terbatas maka ia mempercayakannya kepada dzat yang maha tidak terbatas yaitu Tuhan itu sendiri.

* Penulis buku "Pendidikan Kritis Transformatif" dan mahasiswa pascasarjana MPI UIN Maulana Malik Ibrahim Malang